Friday, 27 June 2014

Nyari Sorga Sinetron Ramadhan Terbaru Adly Fayruz



Nyari Sorga
http://www.mdentertainment.co/assets/img/tvshows/x35a977506d5f11c4efe7358cd32857d6.jpg.pagespeed.ic.L6TMkb0RHX.jpg
Poster Sinetron 'Nyari Sorga'


Genre
Drama
Format
Pembuat
Sutradara
Pemeran
Fico Fachriza
Negara
Bahasa
Produksi
Produser
Lokasi
Siaran
Saluran asli
Format gambar
(SDTV) (480i)
Format audio
Pranala luar
Nyari Sorga adalah Sinetron Indonesia Edisi Ramadan yang ditayangkan MNCTV pada bulan Ramadhan 1435H/2014 M. Film di Bintangi oleh Adly Fayruz, Dina Anjani, Sonya Fatmala Dll.

SINOPSIS



Kisah bermula ketika terjadi tabrakan maut. Fajar (Adly Fairuz), pria muda yang berasal dari keluarga miskin yang baru saja menjadi orang kaya karena gusuran (OKB: Orang Kaya Baru) sedang mengendarai sebuah motor besar secara ugal-ugalan, menabrak seorang pejalan kaki, Surya (Fico Fachriza), yang ternyata teman Fajar sendiri. Surya (23 tahun) adalah pemuda dari keluarga kaya yang baru saja bangkrut dan jatuh miskin. Ketika itu Surya sedang menghindar atau melarikan diri dari kejaran penagih utang (debt collector). Karena panik dan ketakutan, Surya berlari kabur tanpa melihat kiri kanan. Ketika menyeberang jalan, dia ditabrak oleh Fajar yang sedang mengendrai motor besar sambil mabuk. Surya mental beberapa meter dan Fajar beserta motornya pun terguling. Fajar sendiri mengalami luka yang sangat serius. Lalu keduanya sama-sama dibawa ke rumah sakit.

Di rumah sakit keduanya sama-sama koma. Dalam keadaan koma (mati suri) itulah mereka sama-sama bermimpi akan dimasukkan ke neraka oleh malaikat. Fajar dimasukkan ke neraka karena sebagai OKB dia tidak mampu menjaga hartanya sehingga dia banyak berbuat maksiat. Sementara itu Surya juga dimasukkan ke neraka karena ia tidak mampu menjaga dirinya ketika diuji dengan kemiskinan. Dia banyak berhutang hingga dia dikejar-kejar penagih hutang. Setelah sama-sama siuman dari koma, keduanya bertemu dan sama-sama heran kenapa mimpi mereka sama, dan mereka bertemu dalam mimpi itu. Keduanya tidak mau masuk neraka. Lalu keduanya sepakat untuk berbuat baik, mencari ilmu agar kelak mereka masuk sorga. Tahap awal mereka sepakat untuk mencari ilmu di pondok pesantren, dan sampailah mereka di pondok pesantren milik Kyai Fathur.
Mereka berdua sepakat nyantri. Di pondok pesantren, mereka bertemu sahabat karib baru, namanya Hilal (Leo Arya Putra), anak berusia 12 tahun. Hilal sendiri ternyata sudah lama di pondok tersebut. Hilal mengalami kejenuhan tinggal di pondok. 

Kyai Fathur menekankan bahwa sorga tidak akan mereka dapatkan kalau mereka hanya duduk mengaji, menimba ilmu di pondok atau di sekolah tanpa mengamalkannya dalam kehidupan. Ilmu hanyalah bekal untuk beramal. Sorga akan mereka dapatkan jika ilmu itu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu mereka harus terjun ke masyarakat.

Cara Kyai Fathur mendidik mereka yang keras, membuat mereka tidak tahan. Ini karena Fajar dan Surya masih awam terhadap ajaran Islam. Ibaratnya mereka itu “Islam KTP”. Hilal sendiri yang sudah bertahun-tahun nyantri juga tidak betah dengan gaya keras Kyai Fatur. Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk kabur dari pondok pesantren.

Mulailah mereka bertiga melakukan petualangan. Mereka berkelana dari satu kampung ke kampung lain, dari satu kota ke kota lain. Mereka menjadi musafir, menghadapi berbagai masalah, demi mendapatkan SORGA kelak di kemudian hari jika mereka meninggal dunia.

TRAILER SINETRON
Trailer Bagian 1


Trailer Bagian 2
 

Serba-Serbi Bulan Suci Ramadhan (bagian 1)



Ramadan (bahasa Arab:رمضان; transliterasi: Ramadhan) adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk di dalamnya berpuasa, salat tarawih, peringatan turunnya Alquran, mencari malam Laylatul Qadar, memperbanyak membaca Alquran dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri. Kekhususan bulan Ramadan ini bagi pemeluk agama Islam tergambar pada Alquran pada surat Al - Baqarah ayat 185 yang artinya:
 
"bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu..."

Kaligrafi Bulan Ramadhan
ETIMOLOGI


Ramadan berasal dari akar kata ر م ﺿ , yang berarti panas yang menyengat. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan kesembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh sengatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadan, bulan dengan panas yang menghanguskan.

Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Wallahu `alam.
 
Dari akar kata tersebut kata Ramadan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata ramadan tidak dapat disamakan artinya dengan ramadan. Ramadan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.

PERHITUNGAN AWAL RAMADHAN


Kalender Hijriyah didasarkan pada revolusi bulan mengelilingi bumi dan awal setiap bulan ditetapkan saat terjadinya hilal (bulan sabit). Metode penentuan saat terjadinya hilal yang digunakan saat ini adalah metode penglihatan dengan mata telanjang (dikenal dengan istilah rukyah) serta menggunakan metode perhitungan astronomi (dikenal dengan istilah hisab). Majelis Ulama Indonesia menggunakan kombinasi hisab dan rukyah untuk penentuan hilal. Nahdlatul Ulama (NU) serta Kementerian Agama RI selaku Pemerintah RI menggunakan metode rukyah sementara Muhammadiyah dan Persatuan Islam menggunakan hisab sebagai sandaran penentuan hilal.

Penentuan hilal bulan syawal dan Ramadhan adalah salah satu aktivitas penting yang dilakukan lembaga hisab untuk menentukan hari terakhir dan Pertama pada bulan Ramadan. Hal ini akan menentukan kapan ummat muslim mulai dan terakhir melakukan puasa dan merayakan Idul Fitri. Metode penentuan hilal yang biasa dilakukan ada dua macam yakni metode Rukyat dan Hisab.
Rukyah
Metode pandangan mata

Hisab
Metode perhitungan matematik astronomi
 


1 RAMADHAN 1435 H


Pemerintah memutuskan awal bulan Ramadhan 1435 Hijriah jatuh pada hari Minggu (29/6/2014) lusa. Keputusan itu diambil setelah digelar sidang isbat di Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (27/6/2014) malam.

Menteri Agama Lukman Hakim Sjaifuddin menjelaskan, pihaknya telah menempatkan petugas di 63 titik yang dijadikan lokasi pemantauan hilal. Hasilnya, tak ada satu pun petugas yang melihat hilal. Dalam sidang isbat disepakati untuk melakukan ijtimak atau penggenapan bulan Syakban menjadi 30 hari. Dengan perhitungan itu, maka Kemenag menetapkan awal Ramadhan jatuh pada Minggu (29/6/2014) lusa.

"Tidak satu pun para saksi yang ditunjuk menetapkan yang berhasil melihat hilal. Dengan dasar laporan ketinggian hilal tidak sampai 1 derajat, maka dilakukan penggenapan bulan Syakban dan disepakati 1 Ramadhan jatuh bertepatan dengan hari Ahad, 29 Juni 2014," kata Lukman.

Dalam sidang isbat, hadir perwakilan dari tokoh dan pengurus organisasi Islam, para pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Planetarium, serta para duta besar dari negara sahabat.